noblescent

a personal blog

Sinfully Forgetful.

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم



Bulan Syawal menjelang tiba. Bulan yang mengingat kita utk kembali kepada fitrah - Eid ul Fitr.
Islam itself compliments our nature/fitrah. Apa yang kita mahu itulah yang dikatakan berpada2. Instead Allah told us to have it the middle way. Have it, but in moderation. Have it, but with a condition. Have it, but on a specific term.

Imagine, one might have been forgiven all their sins during Ramadhan, but as soon as Syawal arrives, slowly sins are creeping in. Fitrah has it that we were born sinless, but fitrah also has it that we were born forgetful.

"Linguists say that the word "insân" has two roots. The first one is "nisyân" which means "to forget". And the second one is "unsiyah" (in Turkish: ünsiyet), which means "to relate, to love-be loved, to become close to s.o., to get or give a reaction. [...]." 

Mungkin pernah kita terlanjur bercakap "Aku tak kisah. Kalau aku salah, biar aku tanggung dosa tu". How can we say that bila seringan2 azab di neraka adalah terlalu pedih dan terlalu berat untuk ditanggung oleh manusia.


Menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Nu'man bin Basyir r.a. katanya: Telah bersabda Nabi s.a.w: "Sesungguhnya seringan-ringan ahli neraka yang mendapat azab neraka dan menanggung siksanya pada hari akhirat ialah seorang lelaki yang namanya Abu Talib bapa kepada Saidina 'Ali k.w. dan bapa saudara kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang disiksa ia dengan diletakkan dua potong api neraka di bawah telapak kakinya. Dengan dua potong api neraka tersebut sudah cukup untuk menggelegakkan otaknya." Hadis dikeluarkan oleh Abu 'Isa al-Tirmidhi dengan katanya hadis ini Hasan lagi Sahih.

What does that mean? Kita tak mampu tanggung sezarrah dosa sebab dosa yang paling kecil, ada azabnya dan seringan2 azab adalah beyond imagination. Kita terlupa...sbb tu kadang-kadang dengan eksyennya kita berani ckp begitu. Muhasabah diri kembali.

Allah being the Ar-Rahim, Al-Ghaffur, At-Tawwab, Al-Affuw, dlm penyesalan kita buat dosa pasti ada pengharapan bahawa dosa kita akan diampunkan. Tapi macam mana pula tanggungan dosa kita sesama manusia saat si mangsa pronounce "Aku tak maafkan kau" kepada si pesalah? Si pesalah tu pula resah gelisah memikirkan dosanya kepada yang si teraniaya yang mungkin menjadi sebab dia takkan cium bau syurga. Seolah2 dah kena curse for life...and hereafter. Walaupun bila dia betul2 kesal, minta maaf, jijik dgn diri dia, dan taubat nasuha atas kesalahan dia. Mungkin salah/dosanya kepada si mangsa adalah teragutnya nyawa org yg dikasihi or worse and more commonly than that, berlakunya fitnah ke atas diri si mangsa.

Dimana patut si pesalah sandarkan harapan?

Kadang-kadang terasa mengharapkan pengampunan drpd manusia ni lebih susah dari mengharapkan pengampunan Allah. Astaghfirullah hala'dzim. Especially bila si mangsa tu dah pasang niat, bernekad, dan angkat sumpah takkan maafkan si pesalah. Hmm.

Jadi, dimana patut dia sandarkan harapan?

Ingatlah bahawa Allahu Akbar (Allah is Greater). Sifat pengasih dan penyayang Allah tak boleh challenge sifat pengasih, penyayang manusia. Begitu juga dengan sifat pemarah manusia, tak boleh challenge Allah Al-Ghadab (The Most Wrathful).

Sempena Shawal ni, bertakbirlah untuk kemenangan taqwa (inshallah) yang dikecapi. Gunakanlah kalimah takbir sebagai perisai dan marhaban kepada syaitan yang telah diloloskan dari gari. Gunakan takbir sebagai penawar segala resah dan kesah yang brmaharajalela dlm jiwa. Allah knows better.

And he (Moses) entered the city at a time when its people were not watching: and he found there two men fighting,- one of his own religion, and the other, of his foes. Now the man of his own religion appealed to him against his foe, and Moses struck him with his fist and made an end of him. He said: "This is a work of Evil (Satan): for he is an enemy that manifestly misleads!" {15} He (Moses) prayed: "O my Lord! I have indeed wronged my soul! Do you then forgive me!" So (Allah) forgave him: for He is the Oft-Forgiving, Most Merciful. {16} Al-Qasas: 15-16 

Whatever it is, ingatlah bahawa Allahu Akbar (Allah is Greater).

At the end of the day, yang mengampunkan kesalahan Nabi Musa alayhisalam, bukanlah si mangsa. Bukan juga community dan society yang judge dan disgrace dia. Namun, Allahlah yang sebaik-baik hakim. There's more to a person than their bad deeds.

Going back to the basic of our fitrah, we were all created to struggle. There's struggle in asking for forgiveness and giving forgiveness. In this case, antara si mangsa dan si pesalah, their forgetful fitrah could really come in handy. Two things that we should take the matter of lightly or in other word, forget - our good deeds and other people's shortcomings. Simultaneously, two things that we should always remember - the good deeds of others and our shortcomings. That way, apologizing and forgiving are made easy. To put the cherry on top, do them anyway...out of love. After all, isn't another root of insan has it that we all want to love and be loved?

Wallahualam bissawab.

Comments

back to top